Pemimpin Sejati: Ora Njaluk Diangkat, Nanging Diangkat Amargo Layak

Sore di warkop kelangenan alun-alun Bangil menghadirkan suasana yang teduh. Aroma kopi hitam berpadu dengan semilir angin yang menyentuh dedaunan tua di taman kota. Beberapa warga berbincang santai, sementara langkah kaki menapaki pelan menuju kampus ITB Yadika Pasuruan untuk menjaga Ujian Tengah Semester. Di antara hiruk-pikuk sederhana itu, secangkir kopi membawa renungan tentang makna kepemimpinan sejati di negeri yang sering kali melahirkan banyak pejabat, namun begitu sedikit pemimpin yang sungguh layak.

Pepatah Jawa yang terlintas sore ini terasa begitu dalam: “Pemimpin sejati ora njaluk diangkat, nanging diangkat amargo layak.” Kalimat sederhana itu menyimpan kebijaksanaan besar. Kepemimpinan sejati tidak lahir dari ambisi atau permintaan, tetapi tumbuh dari kelayakan, pengabdian, dan integritas yang teruji.

Kepemimpinan yang Tumbuh dari Pengabdian

Sejak dini, tirakat dan latihan batin menjadi bagian dari pembentukan karakter. Dari sana tumbuh pemahaman bahwa kepemimpinan bukan tentang siapa paling keras bersuara, tetapi siapa paling tenang menjaga nurani.

Dalam teori modern, Robert K. Greenleaf melalui konsep Servant Leadership (1970) menjelaskan bahwa pemimpin sejati adalah mereka yang lebih dahulu menjadi pelayan bagi orang lain. Kepemimpinan bukan tentang memerintah, melainkan melayani dan menumbuhkan orang-orang di sekitarnya. Greenleaf menegaskan bahwa pemimpin yang baik bukan yang mengejar posisi, tetapi yang pantas dipercaya untuk memegang tanggung jawab.

“The servant-leader is servant first… It begins with the natural feeling that one wants to serve, to serve first.” — Greenleaf, 1970

Filosofi Jawa dan teori modern ini berjumpa di titik yang sama: jabatan bukanlah hasil dari permintaan, melainkan buah dari kelayakan diri. Pemimpin yang layak diangkat tidak menuntut pengakuan, sebab pengakuan akan datang dengan sendirinya ketika kehadirannya memberi manfaat bagi banyak orang.

Selaras dengan Kehendak Semesta

Ada kalanya kepemimpinan tidak perlu dikejar, sebab semesta memiliki cara untuk menilai siapa yang pantas diangkat. Kelayakan seseorang diuji lewat kesabaran, kejujuran, dan kemampuan menjaga amanah. Dalam keseharian, kepercayaan dari mahasiswa, rekan kerja, atau masyarakat merupakan bentuk kecil dari “pengangkatan” itu — hadir bukan karena diminta, melainkan karena dipercaya.

Kepemimpinan yang sejati tidak memerlukan panggung besar. Ia tumbuh secara alami dari ketulusan, seperti pohon yang tumbuh tanpa banyak bicara, namun memberi rindang pada siapa pun yang berteduh di bawahnya.

Tirakat, Amanah, dan Cinta Tanah Air

Kesadaran untuk mewakafkan sisa umur bagi negeri lahir dari perjalanan batin yang panjang. Negeri ini sejatinya kaya raya, namun sering miskin keteladanan. Karena itu, yang dibutuhkan bukan pemimpin yang pandai berbicara, melainkan yang mampu menyalakan harapan dengan tindakan.

Dalam setiap peran kecil—mengajar di kelas, menulis refleksi, atau memimpin dengan teladan—tersimpan bentuk pengabdian yang nyata. Tirakat masa lalu ternyata melatih keikhlasan untuk melayani masa kini. Sebab pemimpin sejati bukan mereka yang datang membawa janji, melainkan yang hadir dengan bukti.

Pesan dari Warkop Sore Ini

Kopi di meja mungkin mulai dingin, namun renungan tentang kepemimpinan sejati justru semakin hangat. Langit Bangil perlahan berubah jingga, sementara bayangan masjid di alun-alun memanjang ke barat. Setiap hirupan udara sore mengingatkan bahwa waktu terus berjalan, dan yang abadi hanyalah amal dan teladan.

Jangan kejar jabatan, kejarlah kelayakan. Sebab waktu dan semesta tidak pernah salah memilih siapa yang pantas diangkat.

 “Ora njaluk diangkat, nanging diangkat amargo layak.”

Kepemimpinan sejati bukan tentang kursi tertinggi, melainkan tentang hati yang paling siap menanggung amanah.

Urip Iku Urup. Setiap kata adalah cahaya. Semoga catatan kecil ini menjadi sedekah yang menyalakan kebaikan bersama.

Demikian.

Dr. Agus Andi Subroto 

Dekan FHB ITB Yadika Pasuruan.

Warkop Alun-alun Bangil Pasuruan, 4 November 2025

Posting Komentar

JSON Variables

You might like

$results={3} $style={1}