Cahaya di Jalan Pemimpin


Di sebuah desa kecil bernama Massa Sentosa, hiduplah seorang remaja bernama Anugerah Sejati. Sejak kecil, Anugerah Sejati memiliki mimpi untuk menjadi pemimpin yang membawa perubahan yang mulia bagi masyarakatnya. Namun, di usianya yang menginjak 16 tahun, ia sering merasa ragu, takut gagal, dan tak yakin apakah ia mampu.

Suatu hari, seorang ulama cerdas dan bijak bernama Kyai Oiki Hasan datang ke masjid desa. Beliau melihat kegalauan Anugerah Sejati dan mengajaknya berbicara.

"Anugerah Sejati, apa yang kau cita-citakan?" tanya Kyai Oiki Hasan.
"Saya ingin menjadi pemimpin yang terbaik, tapi saya takut gagal dan merasa tidak cukup baik," jawab Anugerah Sejati dengan ragu.

Kyai Oiki Hasan tersenyum dan berkata, "Teladanilah Nabi Muhammad ï·º, yang memiliki tekad kuat, semangat tinggi, dan hati yang bijaksana. Jika kau ingin menjadi pemimpin yang baik, kau harus membangun tekadmu. Aku akan memberimu tujuh kunci yang akan membantumu."

Pertama Tujuan yang Jelas

Kyai Oiki Hasan bertanya, "Apa yang ingin kau capai sebagai pemimpin?"
Anugerah Sejati berpikir dan menjawab, "Saya ingin membawa kebaikan dalam masyarakat."

"Bagus. Maka buatlah rencana. Mulailah dari yang kecil, misalnya membantu temanmu yang kesulitan belajar, berbicara dengan sopan, dan menolong orang tua. Pemimpin besar selalu berawal dari hal-hal kecil."

Kedua Temukan Alasan yang Kuat

"Mengapa kau ingin menjadi pemimpin ?"
Anugerah Sejati menjawab, "Karena Islam mengajarkan kepemimpinan bukan untuk kebanggaan, tetapi untuk kebaikan umat."
Kyai Oiki Hasan mengangguk. "Jika niatmu benar karena Allah SWT, maka meskipun jalannya sulit, kau akan selalu dikuatkan."

Amalkan dan biasakan Kebiasaan Positif

Kyai Oiki Hasan kemudian menasihati, "Bangun lebih pagi, sholat tahajud, membaca Al-Qur'an, dan biasakan diri dengan disiplin. Pemimpin yang baik tidak menunda pekerjaan."
Sejak hari itu, Anugerah Sejati mulai bangun lebih awal, belajar lebih tekun, dan selalu menepati janji.

Berlatih membentuk Mental Tangguh Menghadapi Rintangan

Suatu hari, teman-teman Anugerah Sejati mengejeknya, "Untuk apa kau berusaha keras? Kau bisa apa!"
Anugerah Sejati hampir menyerah, tetapi ia mengingat nasihat Kyai Oiki Hasan, "Jangan takut gagal. Rasulullah ï·º pun pernah dicemooh, tetapi beliau tidak pernah berhenti berjuang."

Beradalah dalam lingkungan yang mendukung

Anugerah Sejati kemudian mencari teman-teman yang baik, rajin belajar, dan berakhlak mulia. Ia juga semakin sering berdiskusi dengan Kyai Oiki Hasan.

"Lingkungan yang baik akan menjagamu tetap di jalan yang benar," kata Kyai Oiki Hasan.

Kelola Emosi dan Mental

Suatu ketika, Anugerah Sejati merasa lelah dan putus asa. Ia menemui Kyai Oiki Hasan dan bertanya, "Bagaimana agar hati saya tetap kuat?"
Kyai Oiki Hasan tersenyum, "Dekatkan dirimu kepada Allah. Perbanyak sholat, dzikir, berdoa, bersabar dan bersyukur. Pemimpin yang kuat adalah yang hatinya dekat dengan Allah."

Evaluasi dan Perbaikan terus belajar memperbaiki diri

Lama-kelamaan, Anugerah Sejati mulai dikenal sebagai pemuda yang amanah. Tapi ia tidak pernah puas. Setiap pekan, ia mengevaluasi dirinya: "Apa yang bisa saya tingkatkan? Bagaimana cara saya menjadi lebih baik?"

Beberapa tahun kemudian, Anugerah Sejati tumbuh menjadi pemimpin yang bijaksana. Ia dicintai karena ia jujur, berakhlak baik, dan selalu mengutamakan kebaikan bersama. Semua itu berawal dari tekadnya untuk menjadi lebih baik setiap hari.

"Anugerah Sejati, kau telah menjadi pemimpin yang pantas dan dicintai, karena kau membangun ambisimu dengan tekad yang kuat dan niat yang benar." ujar Kyai Oiki Hasan dengan bangga.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال